Nah! Sekarang saya akan membiarkan blog ini menjadi blog galau. Ya sudah lah yaaa.. Multiply nya udah ditutup, cuuyy..
Singkat cerita, saya menyudahi hubungan saya dengan mantan pacar saya. Hancur rasanya waktu itu. Ga bisa membayangkan hidup saya tanpa dia dan keluarganya. Yang menjadi keyakinan saya saat itu hanya, saya tidak akan mencapai kebahagiaan saya tanpa dia.
Tapi, ternyata Tuhan masih berbaik hati. Dia memberikan saya sebuah rencana baru. Saya dipertemukan dengan temen SD saya. Ketertarikan saya dengan, sebut saja Disma, sudah ada dari dulu, dari saya SD. Hati saya sedikit terbuka, dan saya hanya melihat sesosok Disma yang lurus, dingin, dan lebih pada tidak peduli dengan lingkungan sekitar.
Sampai detik ini saya masih menjalankan hubungan dengan dia. Berat sekali menjalani hubungan ini. Disma jelas - jelas berbeda dari gambaran saya tentang dia. Dibalik muka nya yang dingin, ternyata ada orang yang sangat (SANGAT) keras kepala, egois, dan bahkan sangat tertutup dengan pemikiran orang lain yang tidak sesuai dengan pemikiran dia.
Salah?! Saya sendiri juga tidak memiliki jawaban atas pertanyaan itu. Salah jelas kalau dilihat dari kacamata saya. Saya ingin menjadi diri saya sendiri. Diri sendiri, yang saya yakin masih dalam batas2 kewajaran. Saya hanya ingin bahagia, Sesederhana itu. Tapi, kalau dilihat dari kacamata dia, jelas di benar. Dia memiliki prinsip - prinsip hidup yang secara jelas akan memberikan dampak positif untuk kehidupan saya pribadi.
Saya ingin dimanja. Saya ingin merasa kalau dia tidak akan pernah melewatkan satu detik pun untuk mendengarkan cerita saya. Cerita saya, yang saya ceritakan karena saya ingin berbagi seluruh detil kebahagiaan dan kesedihan dengan dia. Bukan digurui karena saya salah melakukan sesuatu. Saya ingin kami tertawa bersama menertawakan kebodohan yang saya lakukan. Saya ingin di"jitak" atas kesalahan yang saya buat, bukan dimarahin. Saya ingin dia menerima kesalahan tindakan saya dengan pemikiran "bodohnya pacar saya. Tapi, saya cinta dia. Dan saya tidak akan pernah tega melihat dia menderita karena pemikiran saya".
Saya ingin melihat masa depan dengan dia. Tanpa harus mengingat sakitnya masa lalu saya. Tanpa harus membahas masa lalu saya. Tanpa harus mengungkit sedikitpun tentang masa lalu saya. Hanya keledai yang akan jatuh di lubang yang sama, bukan?! Saya hanya ingin dia melihat saya bukan sebagai keledai, yang berpotensi sangat tinggi untuk melakukan kesalahan yang sama. Saya tidak suka dilarang. Saya tidak suka digurui. Saya tidak suka semua itu.
Saya butuh teman. Teman hidup. Teman yang tidak akan menghakimi atas tindakan saya. Atau bahkan atas tindakan teman - teman di sekitar saya. Setiap orang memiliki pemikiran masing - masing. Cara masing - masing. Kebiasaan masing - masing. Biarkan saya dan teman - teman saya bertindak sesuai dengan kebiasaan, cara, dan pemikiran masing - masing. Saya dan dia pun toh memiliki kebiasaan, cara, dan pemikiran sendiri. Saya butuh teman untuk menemani saya terbang tinggi, tanpa menghakimi semua keputusan yang saya buat. Tapi, tolong beri saya pandangan lain dalam mengambil keputusan.
Jadi, siapa yang salah? Karena saya yakin, semua tindakan dia hanya karena dia sayang saya. Tapi, apakah perasaan sayang harus menyakiti satu dengan yang lainnya?